Bekal Hidup
Diceritakan, pada masa lalu penduduk Yaman tidak suka
membawa bekal dalam perjalanan, termasuk perjalanan ke Tanah Suci untuk
menunaikan ibadah haji. Mereka merasa cukup dengan tawakal kepada Allah. Namun,
mereka ternyata menjadi telantar, lalu melakukan hal-hal yang tak terpuji,
seperti meminta-minta, mencuri, dan merampas. Lalu, Allah menurunkan ayat ini,
''Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah
kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (cerdas).'' (Al-Baqarah:
197).
Bekal yang dimaksud dalam ayat di atas, menurut pakar tafsir
al-Razi, mengandung dua pengertian, yaitu bekal fisik material (bekal dunia) dan
bekal mental spiritual (bekal akhirat). Ini karena perjalanan yang dilakukan
oleh manusia juga ada dua macam, yaitu perjalanan di alam dunia (safar fi
al-dunya) dan perjalanan keluar dari alam dunia menuju negeri akhirat (safar min
al dunya).
Kedua perjalanan ini membutuhkan bekalnya sendiri-sendiri.
Perjalanan di alam dunia membutuhkan bekal makanan, minuman, kendaraan, dan
sejumlah uang, sedangkan perjalanan menuju akhirat membutuhkan bekal yang lain
lagi, yaitu iman dan takwa.
Perintah berbekal dalam perjalanan di dunia,
menurut al-Razi, mengandung pula perintah agar manusia mengambil dan
mempersiapkan bekal yang lebih baik lagi dalam perjalanan menuju akhirat. Dalam
Alquran, perkara dunia dan akhirat itu sering disebut bersama. Selain tentang
bekal di atas, perhatikan pula misalnya mengenai perintah berpakaian. Ketika
disebut pakaian fisik, maka disebut pula pakaian takwa, libas al-taqwa
(Al-A'raf: 26).
Dikatakan pula di sini bahwa pakaian takwa adalah
sebaik-baik pakaian, sebagaimana bekal takwa adalah sebaik-baik bekal. Bekal
takwa seperti dikemukakan di atas merupakan bekal yang paling baik bagi manusia.
Takwa secara bahasa bermakna sesuatu yang dapat menjaga dan memelihara diri dari
kerusakan. Menurut Sheikh Muhammad Abduh, takwa adalah perkara yang membuat
seseorang terjaga dan terpelihara dari azab dan murka Allah. Perkara itu tidak
lain adalah iman, amal saleh, dan investasi kebaikan (al khair) dan kebajikan
(al-birr).
Dalam suatu pengertian takwa dipandang sebagai akumulasi dari
keseluruhan nilai yang diajarkan oleh Islam. Dalam pengertian ini, takwa
menunjuk pada satuan-satuan nilai yang banyak sekali jumlahnya yang secara
keseluruhan menggambarkan semangat dan cita-cita ideal Islam yang harus
diwujudkan oleh kaum beriman. Dalam Alquran, adil dipandang sebagai nilai takwa
(Al-Maidah: 8). Iman kepada Allah, shalat dan zakat, juga dinamai takwa
(Al-Baqarah: 2-3). Begitu pula, memberikan infak, mengendalikan amarah,
memaafkan, dan berbuat baik kepada sesama manusia, semuanya dinamakan takwa (Ali
Imran: 133-135).
Takwa menjadi bekal terbaik, karena ia akan mengantar
manusia memperoleh kebahagiaan abadi dan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT
di akhirat kelak. ''Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam
taman-taman dan sungai-sungai di tempat yang disenangi (surga) di sisi Tuhan
Yang Berkuasa.'' (Al-Qamar: 55). Semoga kita masih memiliki cukup waktu untuk
memperbanyak bekal. Amin. (A Ilyas Ismail)
No comments:
Post a Comment